9 Buku Kesehatan Mental yang Wajib Dibaca untuk Memahami Diri Sendiri

Avatar photo

Citra P

Buku Kesehatan Mental yang Wajib Dibaca untuk Memahami Diri Sendiri

Di tengah kesibukan hidup dan tekanan sosial yang makin tinggi, kesehatan mental bukan lagi hal yang bisa diabaikan.

Banyak orang mulai sadar bahwa mengenal emosi, memahami diri, dan belajar pulih dari luka batin sama pentingnya dengan menjaga tubuh tetap sehat.

Tapi bagaimana caranya agar kita bisa mulai memahami kesehatan mental secara utuh?

Salah satu cara paling sederhana adalah lewat membaca buku. Buku bisa menjadi “terapi senyap” yang pelan-pelan membukakan mata tentang apa yang terjadi di dalam pikiran dan perasaan kita.

Buku Kesehatan Mental yang Wajib Dibaca

Nah, berikut ini adalah 9 buku kesehatan mental yang bisa jadi langkah awal kamu untuk mengenal dan merawat kesehatan jiwa dengan lebih baik:

1. The Body Keeps the Score – Bessel van der Kolk, M.D.

Buku Kesehatan Mental: The Body Keeps the Score - Bessel van der Kolk, M.D.

Tema: Trauma dan dampaknya pada tubuh dan pikiran

Buku The Body Keeps the Score menjelaskan bahwa trauma tidak hanya “ada di kepala”, tapi juga tersimpan dalam tubuh.

Melalui penelitian ilmiah dan pengalaman klinis, Bessel van der Kolk menunjukkan bagaimana pengalaman traumatis memengaruhi otak, hormon, dan perilaku kita.

Lebih dari itu, buku ini juga membahas berbagai metode penyembuhan seperti EMDR, yoga, dan neurofeedback.

Insight: Tubuh mengingat luka, dan untuk sembuh, kita harus melibatkan tubuh dalam proses penyembuhan mental.

2. Emotional First Aid – Guy Winch

Tema: Luka emosional sehari-hari dan cara mengatasinya

Kita semua pasti pernah mengalami penolakan, kegagalan, atau rasa bersalah. Tapi sering kali, luka emosional seperti ini kita abaikan.

Baca Juga:  10 Novel Fantasi Terbaik yang Siap Membawamu ke Dunia Penuh Keajaiban

Guy Winch mengajak kita untuk memberikan “pertolongan pertama” pada hati dan pikiran.

Dengan pendekatan ilmiah dan praktis, kamu akan belajar mengenali luka batin dan cara mengobatinya.

Insight: Luka emosional perlu dirawat seperti luka fisik. Jangan abaikan perasaanmu.

3. Loving the Wounded Soul – Regis Machdy

Loving the Wounded Soul - Regis Machdy

Tema: Depresi, luka batin, dan cara menyembuhkannya

Buku Loving the Wounded Soul ditulis oleh psikolog Indonesia, Regis Machdy. Ia membahas depresi dari sisi psikologi, budaya, dan spiritualitas.

Ditulis dengan gaya reflektif, buku ini membantu pembaca berdamai dengan luka, memahami kelelahan mental, dan menemukan kembali makna hidup meski dalam kondisi terpuruk.

Insight: Depresi bukan kelemahan. Memahaminya bisa jadi langkah awal menuju pemulihan.

4. Merawat Luka Batin – Jiemi Ardian

Tema: Self-awareness dan proses penyembuhan dari dalam

Dokter spesialis kejiwaan ini menulis dengan pendekatan yang sederhana tapi menyentuh.

Buku ini cocok untuk kamu yang ingin belajar mengenali gejala depresi, memahami perasaan negatif, dan belajar cara bijak menghadapinya – tanpa toxic positivity.

Insight: Penyembuhan itu bukan tentang “harus kuat”, tapi tentang berani membuka luka dan memahaminya.

5. Lost Connections – Johann Hari

Lost Connections - Johann Hari

Tema: Penyebab sosial dari depresi dan solusi alternative

Johann Hari, seorang jurnalis yang pernah mengalami depresi, menjelajahi berbagai negara untuk mencari jawaban.

Ia menemukan bahwa salah satu akar depresi adalah hilangnya koneksi – dengan sesama, pekerjaan, alam, dan bahkan diri sendiri.

Buku Lost Connections menyajikan pendekatan berbeda dari sekadar solusi medis.

Baca Juga:  10 Rekomendasi Kampus dengan Jurusan Perfilman Terbaik di Indonesia

Insight: Mungkin yang kamu butuhkan bukan obat, tapi koneksi yang tulus dan berarti.

6. The Noonday Demon – Andrew Solomon

Tema: Depresi dari sisi medis, sosial, budaya

Andrew Solomon menulis buku The Noonday Demon berdasarkan pengalaman pribadinya dan wawancara dengan ratusan penyintas depresi dari berbagai latar belakang.

Buku ini membahas depresi secara menyeluruh – dari sejarah, terapi, hingga hubungan dengan kemiskinan dan kebijakan publik.

Insight: Depresi itu kompleks. Tapi semakin kamu memahaminya, semakin kamu bisa berdamai dengannya.

7. Reasons to Stay Alive – Matt Haig

Buku Kesehatan Mental: Reasons to Stay Alive - Matt Haig

Tema: Keinginan untuk hidup di tengah depresi

Matt Haig pernah berada di titik tergelap dalam hidupnya, tapi ia memilih bertahan.

Lewat buku ini, ia menceritakan perjuangan menghadapi kecemasan dan depresi dengan sangat personal.

Bukunya menghibur, penuh harapan, dan bisa jadi pengingat bahwa kamu tidak sendirian.

Insight: Hidup memang berat, tapi selalu ada alasan untuk bertahan.

8. Membangun Kesehatan Mental Keluarga dan Masa Depan Anak – Julianto Simanjuntak

Tema: Psikologi keluarga dan parenting

Buku ini mengajak kita melihat pentingnya memahami kesehatan mental dari rumah.

Penulis menyoroti peran keluarga dalam mengenali dan mendukung anggota yang memiliki masalah psikologis.

Cocok untuk orang tua, guru, dan siapa saja yang peduli pada tumbuh kembang anak secara emosional.

Insight: Keluarga adalah tempat pertama dan utama untuk membangun kesehatan mental yang sehat.

9. Girl, Interrupted – Susanna Kaysen

Buku Kesehatan Mental: Girl, Interrupted - Susanna Kaysen

Tema: Gangguan kejiwaan dan pengalaman di rumah sakit jiwa

Baca Juga:  9 Novel Klasik Indonesia yang Sarat Makna dan Tak Lekang oleh Waktu

Memoar ini menggambarkan kehidupan Susanna Kaysen di rumah sakit jiwa setelah didiagnosis mengidap gangguan kepribadian.

Ditulis dengan gaya yang tajam dan reflektif, buku ini membuka mata tentang stigma dan dinamika kehidupan penyintas gangguan mental.

Insight: Gangguan mental bukan cerita fiksi. Ini adalah kenyataan yang perlu kita pahami dengan lebih empatik.

Membaca buku-buku di atas bukan hanya soal menambah wawasan, tapi juga cara untuk menyembuhkan, menguatkan, dan mencintai diri sendiri dengan lebih bijak. Kesehatan mental itu bukan hal mewah, tapi kebutuhan dasar.

Jadi, yuk mulai dari diri sendiri – karena memahami diri adalah langkah pertama untuk hidup lebih tenang dan bahagia.

Artikel Terkait